Selasa, 19 April 2011

Pemanfaatan Limbah Hortikultura dan Pupuk Kandang Untuk Memelihara Siklus Materi dalam Pertanian

Pemanfaatan Limbah Hortikultura dan Pupuk Kandang Untuk Memelihara Siklus Materi dalam Pertanian
Oleh Hadiman Ikram
C1B008009


Pendahuluan

Dalam pertanian konvensional pemberian pupuk nitrogen, pospor dan kalium merupakan hal yang paling sering dilakukan. Namun yang sering dilupakan adalah unsure hara lain terutama unsure hara mikro. Hal ini yang menyebabkan kekahatan unsure hara mikro. Padahal unsure hara mikro juga sangat dibutuhkan oleh tanaman meskipun dalam jumlah yang sedikit. Usur hara mikro dapat di sulpai dengan  dengan pemberian pupuk mikro. Namun pupuk anorganik cukup mahal dan membutuhkan dana lebih untuk memenuhinya.
Selain pupuk anorganik, bahan organic juga dapat digunakan untuk menyuplai unsure hara mikro bagi tanaman.  Hal ini karena kelebihan dari bahan organic yang tidak di miliki oleh pupuk anorganik yaitu bahan organic merupakan pupuk lengkap yang artinya mengandung unsure hara makro maupun mikro yang sering diabaikan oleh para petani. Kegunaan bahan organic selain sebagai penyedia berbagai macam unsure hara banyak keunggulan lain dari bahan organic yang sangat baik bagi tanah. fungsi tersebut seperti penyatu partikel tanah sehingga tidak mudah lepas hal ini sangat baik bagi tanah yang bertektur pasiran yang strukturnya lepas. Kemudian meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), melarutkan unsure hara yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman dan masih banyak lagi fungsi bahan organic yang lainnya (priyono, 2005).
Dari keunggulan bahan organic di atas maka bahan organic patut di pertimbangkan untuk menjadi pilihan dalam memenuhi kebutuhan unsure hara tanaman terutama unsure mikro. Bahan organic merupakan bahan yang dapat diperbaharui didaur ulang dan dirombak oleh mikroorganisme tanah menjadi unsure yang dapat di manfaatkan oleh tanaman. Bahan organic merupakan bahan yang yang berasal dari sisa-sisa tanaman maupun hewan yang dapat dilapukkan oleh organisme baik makro maupun mikro (Karien, 2007).
Bahan organic dapat berupa pupuk kandang, kompos, pupuk hijau dan sisa-sisa sampah rumah tangga. Sedangkan bahan organic yang paling mudah di jumpai adalah pupuk kandang. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik yang berbentuk padat maupun cairan. Pupuk kandang merupakan pupuk lengkap yang mengandung unsure hara mikro dan unsure hara makro dapal satu paket. Pupuk kandang engandung pupuk N, P, K, S, Ca, Mg serta unsure mikro. Unsure fosfor banyak terkandung dalam pupuk kandang yang berbentuk padat sedang pupuk kandang yang berbentuk cair lebih banyak mengandung unsure hara N. Pupuk kandang dapat dibuat dengan mencampur kotoran hewan dengan tanah kemudia dibiarkan dalam kurun waktu tertentu. Namun sekarang telah ada teknologi yang dapat menngomposkan kotoran hewan dalam waktu yang relative singkat.
Tanaman hortikulturan sama halnya dengan tanaman lain juga membutuhkan unsure hara baik itu makro maupun mikro. Unsure hara seprti N, P, K, S, Ca, Mg serta beberapa unsure hara mikro esensial mutlak di perlukan oleh tanaman hortikultura. Unsur-unsur hara ini dapat dipenuhi dengan pemberian bahan organic seperti pupuk kandang. Selain mengatasi permasalan kebutuhan unsure hara pupuk kandang juga akan menjaga kualitas hasil tanaman yang tidak dapat dijamin oleh pupuk an-organik yang sering menyebabkan hasil tanaman menjadi kurang enak dan mudah rusak.
Namun untuk menghasilkan pupuk kandang maka hewan dalam hal ini ternak membutuhkan pakan dalam jumlah yang cukup. hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi para peternak. Selama ini yang sering dilakukan oleh para petani untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya antara lain dengan memberi rumput liar yang di cari di berbagai tempat, menanam rumput (hal ini jarang dilakukan di Indonesia), dan memberikan jerami hasil panen.
Selain bentuk usaha penyadiaan pakan yang dapat dilakukan diatas, ada satu hal lagi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternah yaitu dengan memanfaatkan limbah hasil tanaman hortikultura. Limbah tanaman seperti Markisa, Nanas dan limbah sayuran Lobak dapat di olah untuk menjadi pakan ternak. Hal ini menjadi peluang dalam memenuhi kebutuhan ternak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu ternak tersebut juga akan menghasikan pupuk kandang yang dapat dimanfaatkan dalam budidaya tanaman seperti budidaya hortikultura. Jadi terdapat siklus buatan yang secara berkesinambungan dapat memberi manfaat satu sama lain sehingga usaha pertanian hortikultura dapat berjalan dengan baik  begitu juga dengan usaha peternakan.
Dalam program pemerintah di Nusa Tenggara Barat yang berupa Bumi Sejuta Sapi (BSS) muncul berbagai kendala. Salah satu kendala yang muncul adalah ketersediaan ternak untuk ternak yang akan dikembangakan dalam program ini. Karena program peningkatan kualitas dan kuantitas ternak yang tertuang dalam BSS tidak dapat terwujut apabila tidak ada pakan yang dapat dikonsumsi oleh hewan ternak tersebut.
Pemanfaatan limbah hortikultura di atas dapat mendukung program pemerintah seperti program kecukupan daging nasional dan BSS di Nusa Tenggara Barat. Hal ini karena pemanfaatan limbah hortikultura sebagai pakan ternak dapat dijadikan alternatif dalam menyediakan pakan bagi ternak. Sehingga kekhawatiran tentang cukup tidaknya pakan untuk ternak dat sedikit teratasi.

Pemanfaatan Limbah Hortikultura Sebagai Pakan Ternak

Pemenuhan pakan ternak merupakan hal yang mutlak dilakukan salam usaha peternakan. Pakan memberikan materi sehingga dapat menghasilkan energy untuk pertumbuhan dan perkembangan hewan ternak.
Di satu sisi limbah hortikultura merupakan masalah sendiri yang perlu penanganan khusus. Limbah hortikultura sering hanya berakhir sebagai sampah yang tidak berarti karena tidak dimanfaatkan. Namun dengan dapat dimanfaatkannya limbah hortikultura sebagai pakan ternak maka permasalah limbah hortikultura yang hanya berakhir sebagai sampah sedikit tidak dapat teratasi.
Berdasarkan manual yang dikeluarkan oleh pusan penelitian dan pengembangan peternakan Departemen pertanian republik Indonesia, ada beberapa macam limbah tanaman hortikultura yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah tersebaut antara lain berasal dari tanaman Merkisa, Nanas, dan sayuran Lobak. Pemanfatan limbah ini dapat lebih berguna dibandingkan apabila limbah ini hanya di buang sebagai samapah yang tidak berarti.
Pemanfaatan limbah ini memerlukan perlakuan tertentu. Agar layak untuk di konsumsi oleh hewan ternak. Karena tujuan dari pemberian pakan sendiri adalah untuk mencukupi kebutuhan gizi ternak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pemanfaatan limbah hortikultura memerlukan perlakuan tertentu sehinggga layak untuk dikonsumsi oleh ternak. Berikut adalah contoh pengolahan limbah hortikultura untuk dijadikan makanan ternak, dalam hal ini Limbah Markisa, Nanas dan tanaman Lobak.
  1. Pengolahan limbah Markisa
Untuk mendapatkan limbah markisa diperlukan industry pengolahan markisa. Limbah ini tergolong sangat banyak dihasilkan daam industry pengolahan buah Markisa. Sekitar 46 sampai 60 % dari penglahan buah Markisa teresbut akan menjadi limbah. Dari aspek nutrisi limbah markisa mengandung bahan organic sebesar 76%, energi tercerna sebayak 2809 kkal/kg, dan protein sebanyak sekitar 18,1 %.
Proses dalam mengolah limbah Markisa terbagi dalam  tiga bagian. Yang pertama yaitu pengeringan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang masih sangat tinggi untuk mencegah pembusukn pada limbah.proses pengeringan ini sendiri memakan waktu sekitar 3 sampai denga 4 hari. Kemudian yang kedua yaitu proses pengilingan. Dalam proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin giling untuk mengefisiensikan kerja. Kemudia yang terakhir yaitu proses pencampuran ataupun fermentasi. Proses ini dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan lain sesuai kebutuhan.
  1. Pengolahan limbah Nanas
Pengolahan Nanas unutk dijadikan pakan ternak umumnya sama dengan pengolahan Markisa. Pakan lebih dahulu dikeringkan, namun limbah nanas dapat juga difermentasi lebih dahulu untuk menghasilkan silase. Silase sendiri dapat mencegah terjadinya kerusakan pada limbah Nanas apabila tidak segera dikeringkan dan digiling. Adanya silase sendiri juga dapat menghindari proses pekeringkan dan penggilingan karena dapat langsung digunakan sebagai pakan dasar. Hal ini dapat menghemat biaya produksi pakan itu sendiri.
  1. Pengolahan limbah sayuran Lobak
Sama halnya dengan Markisa dan Nanas, limbah sayuran seperti Lobak memerlukan pengolahan berupa pengeringan. Hal tersebut sekali lagi untuk mencegah terjadinya kerusakan karena tingginya kadar air yang terkandung dalam limbah. Namun untuk menghemat waktu proses pengeringan maka pengeringan tersebut didahului dengan proses pengggilingan.
Diagram Pengolahan Limbah Hortikultura Sebagai Makannan Ternak
 















Pemanfaatan Pupuk Kandang

Hewan ternak yang telah di penuhi kebuthannya dengan pemberian pakan dari pengolahan limbah hortikultura dapat memberikan manfaat kembali pada tanah dan tanaman hotikultura secara tidak langsung. Menfaat tersebut adalah hewan menghasilkan pupuk organic berupa pupuk kandnag.Pupuk kandang adalah pupuk organic yang berasal dari kotoran hewan, baik yang berwujud cair maupun yang yang berwujud padat. Pupuk kandang sama dengan bahan organic lainnya tergolong dalam pupuk lengkap karena pupuk kandang mengandung unsure hara yang tidak hanya satu melainkan banyak dan terdiri dari unsure hara makro dan unsur hara mikro. Pupuk kandang berasal dari kotoran hewan apasaja yang sudah tidak erlihat lagi wujudnnya sebagai kotoran. Jadi kotoran dalam bentuk tang segar tidak termasuk kedalam pupuk kandang.
Berdasarkan bentuknya, pupuk kandang dapat dibedakan menjadi tiga;
  1. Pupuk kandang padat yaitu pupuk kandang yang terbuat dari kotoran padat; pupuk kandang padat kaya akan unsure hara P
  2. Pupuk kandang cair yaitu pupuk kandang yang berasal dari kotoran cair, pupuk kandang cair mengandung banyak unsure hara N.
  3. Pupuk kandang padat-cair yaitu pupuk kandang yang berasal dari kotran padat yang bercampur dengan kotoran cair. Umumnya pupuk kandang ini berasal dari kotoran unggas.
Setiap jenis hewan mengahasilkan jumlah kotoran yang berbedasatu dengan lainnya dengan kata lain menghasilkan pupuk kandang dalam jumlah yang berbeda.
Berikut ini adalah rerata kotoran padat dan cair yang dihasilkan oleh beberapa jenis hewan ternak dewasa.
Jenis ternak
Bentuk Kotoran
Kotoran padat (kg/hari)
Urin (l/hari)
Sapi (yang tidak dipakai untuk membajak)
25
9
Sapi  (yang digunakan untuk membajak)
15
Tidak di ukur
Kuda
16
4
Kanbing
1,25
0,75
Ayam
0,05
-
 Sumber; Lolita dalam mulyati, Lolita (2005)
Selain di bedakan dari produksi kotoran yang akan digunakan sebagai pupuk kandang yang dapat membadakan antara kotoran hewan adalah unsur hara yang terkandung dalam kotoran tersebut. berikut adalah data yang menunjukkan kadar unsure hara dari setiap kotoran hewan yang berbeda.
Sumber pupuk kandang
Kadar air (%)
Bahan organic (%)
N (%)
P2O5 (%)
K2O (%)
CaO (%)
C/N rasio
Sapi
80
16
0,3
0,2
0,15
0,2
20-25
Kerbau
81
12,7
0,25
0,18
0,17
0,4
25-28
kambing
84
31
0,7
0,4
0,25
0,4
20-25
Ayam
57
29
1,5
1,3
0,8
4,0
9-11
Babi
78
17
0,5
0,4
0,4
0,07
19-20
Kuda
73
22
0,5
0,25
0,3
0,2
24
Sumber; hartatik dkk,2005
Kualitas dan kuantitas pupuk kandang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut;
  1. Pakan ternak, semakin baik bahan pakan maka semakin baik juga kualitas dari pupuk kandang tersebut
  2. Hasil hewan, hasil yang digunakan untuk membentuk hasil dari hewan tersbut tdak ditemui pada kotorannya.
  3. Umur hewan, hewan muda akan menghasilkan kotoran lebih sedikit dibandingkan dengan hewan yang sudah tua.
  4. Jenis hewan.
(Mulyati, Lolyta, 2005)
Dari paparan diatas makadapat diketahui bahwa pakan juga menentukan dari kualitas pupuk kandang tersbut. Dengan menggunakan pakan dari pengolahan limbah hortikultura yang penuh gizi  maka kualitas dari pupuk kandang yang dihasilkan oleh hewan tersebut akan menjadi baik.

Baiknya kualitas pupuk kandang maka sacara langsung akan berpengaruh baik bagi bagi tanaman termasuk tanaman hortikultura sebagai siklus nutrisi antara hewan ternak dan tanaman. Tanaman, yang dalam hal ini adalah tanaman hortikultura mendapatkan pasokan unsure hara dari pupuk kandang. Kemudian dipihak lain hewan ternak mendapatkan pakan dari pengolahan limbah hortikultura yang awalnya hanya berakhir sebagai samapah yang tidak berguna.
Keuntungan lain dari pertanian hortikultura adalah, dengan penggunaan pupuk kandang maka akan membantu dalam memproduksi hasil tanaman yang organic. Mengingat makanan organic adalah trend akhir-akhir ini. Dan dengan mengikuti trend ini maka tersebut petani dapat menigkatkan nilai dari hasi produksinya tersebut.

Integrasi Limbah Hortikultura Dan Pupuk Kandang

Dengan melakukan hal-hal yang telah di paparkan diatas maka terjadi siklus tertutup yang akan melindungi lingkingan karena minimnya input dari luar dan secara ekologi siklus materi dan energi tetap terpelihara dalam tatanan yang sehat dan akan berkelanjutan.
 







                                   





Siklus yang terjadi dengan pemanfaatan hasil olaha limbah hortikultura sebagaii pakan ternak dan penggunaan pupuk kandang pada tanaman

Bagan di atas menjelaskan tentang hubungan yang bersifat siklus dalam pemanfaatan limbah sisa pengolahan hasil tanaman hortikultura yang digunakan sebagai pakann ternak dan pupuk kandang yang merupakan limbah dari usaha peternakan untuk tanaman hortikultura tersebut. setelah dilakukan pengolahan dengan perlakuan tertentu maka limbah tanaman hortikultura yang tidak terpakai dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kecukupan gizi ternak. Pakan dari pengolahan limbah hortikultura tersebut dapat dijadikan pakan utama maupun pakan tambahan untuk menambah asupan gizi hewan ternak tersebut.  Perlakuan tertentu yang diberikan pada limbah hortikultura tersebut akan meningkatkan nilai gizi dari pakan ternak sehingga pakan tersebut dapat lebih unggul dari pakan lain yang lazim diberikan oleh peternak pada hewan ternaknya.
Setalah pakan ternak dapat terpenuhi, untuk menjaga agar limbah yang yang dihasilkan dari suatu usaha pertanian/peternakan minimum, maka kotoran dari hewan ternak tersebut dapat di pergunakan sebagai pupuk kandang untuk tanaman hortikultura. Pemberian dari pakan yang berkualitas pada hewan ternah selain agar kualitas hasil hewan ternak tersebut baik juga diharapkan agar kotoran yang akan diproses menjadi pupuk kandag akan berkualias lebih baik. Hal tersebut karena makanan dari hewan ternak juga dapat mempenngaruhi kadar unsure hara yang terkandung dalam pupuk kandang tersebut.
Model sepert ini dapat membantu mengintegrasi sistem pertanian pedesaan. Model ini dapat meminimalkan input dari luar dan mengurangi adanya limbah yang berpotensi menimbulkan masalah berupa pencemaran pada lingkungan yang berada diluar sistem alam pertanian  tersebut. Selain itu mdel ini juga mendukung terwujudnya pertanian organic kerana mengurangi penggunaan input yang berupa bahan kimia sintetis seperti pupuk karena telah tergantikan oleh pupuk kandang yang merupakan pupuk organic.





PUSTAKA

Ginting dan Krisnan.2009.Petunjuk Teknis Teknologi Pemanfaatan Pakan Berbahan Limbah Hortikultura Untuk Ternak Kambing.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perternakan Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.Bagor

Hartatik dan Widowati.pupuk kandang.http://balittanah.litbang.deptan.go .id/dokumentasi/b uku/pupuk/pupuk4.pdf.diakses tanggal 6 April 2011 pukul 13:16 WITA
.
Karien.2007.Bahan Organik. Bahan Organik//karieeen.wordpress.com.htm. diakases tanggal 22 Maret 2011 pukul 13:22 WITA.
                       
Mulyati dan Lolyta.2005.Pupuk dan Pemupukan.Mataram University Press.Mataram.

Priyono.2005.Kimia Tanah.Mataram University Press.Mataram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar