Senin, 28 November 2011

PENGUMPULKAN, PENANGANAN, DAN ANALISIS TANAMAN


PENGUMPULKAN, PENANGANAN, DAN ANALISIS TANAMAN

Hasil dari dari analisisi tanaman untuk mendiagnosa dan memantau status hara tanaman sangat di tentukan oleh pengumpulan, penanganan, dan analisis bagian tanaman tanaman. cara serta langkah yang tepat dalam melakukan dalam melakukan hal-hal di atas akan menghindarkan dari hasil serta interpretasi yang salah dan tidak dapat dipercaya.
Tujuan dan metode analisis tanaman
Berikut akan dijelaskan mengenai tiga jenis analisi tanaman;
1.      Analisis diagnostic, analisis ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terganggunya aktivitas tubuh tanaman. selain itu juga untuk mengkonfirmasi hasil hasil diagnose yang didapat dari analisis tanah dan gejalan yang ditunjukkan oleh tanaman.
2.      Monitoring, analisis dilakukan untuk menilai kecukupan dari pemupukan serta pengaruh dari pengelolaan yang dilakuan. Analisi ini dapat digunakan untuk menghubungkan status hara tanaman pada tahun-tahun berikutnya dan menentukan jumlah pemupukan yang dapat diberikan berdasarkan trend komposisi kimia tanaman.
3.      Uji prediksi atau Prognostig, dapat dilakukan digan tiga cara.
a.       Analis dari sampel dilakukan selama masa awal pertumbuhan tanaman sebelum masa dewasa (pertumbuhan optimal) tercapai.
b.      Analisi buah yang dapat dilakukan untuk memperkirakan perlakuan yang perlu dilakukan pada saat penyimpanan.
c.       Analisis benih atau biji yang digunakan untuk meramalkan kekurangan yang masih dapat di toleril pada masa tanaman selanjutnya.
Semua bentuk analisis di atas akan menunjukkan potensi kekurangan hara yang tidak dapat ditunjukkan secara jelas oleh gejala kekurangan yang ditunjukkan oelh tanaman.
Dokumentasi informasi situs dan tanaman
Ketapatan hasil baik pada analisis tanaman maupun pada analisis tanah dapat di tingkatkan dengan catatan mengenai tampat dan kondisi tanaman yang relevan pada saat pengembilan sampel. Untuk uji diagnostic dan pengamatan, ada dua tahap yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel dilakukan yaitu berdiskusi dengan pengelola lahan dan menjelaskan gejala yang ditunjukkan oleh tanaman.
Diskusi dengan pengelola lahan bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dialamu oelh petani berdasarkan sudut pandang petani itu sendiri. Pertanyaan yang dapat diajukan terdiri dari,
-          Detail tentang tanaman
-          Pernahkah mengalami kondisi yang ektrim atau tidak normal pada musim tertentu.
-          Apakah terjadi gejala tertentu yang diamati dan kapan terrjadinya
-          Apakan gejala tersebut juga terjadi pada musim sebelumnya
-          Apakah gejala tersebut berhubungan dengan kondisi tanah tertentu seperti karateristik drainase atau profil tanah.
-          Sistem pengelolaan apa yang dilakukan.
-          Jenis pupuk seperti apa yang digunakan sebalumnya dan metode pemupukankannya serta frekuesi pemupukannya.
-          Irigasi apa yang diaplikasikan.
-          Apakah pernah terjadi serangan hama atau penyakit
-          Apakah pernah dilakukan analisis tanah sebelumnya.
Pendeskripsikan gejala yang ditunjukkan oleh tanaman juga merupakan hal yang sangat penting untuk analisis tanaman. Hal yang harus dilakukan adalah mencatat lokasi serta tipe gelaja yang ditunjukan oleh tanaman. Meskipun gejala yang ditunjukkan oleh tanaman tidak speseifik merujuk pada satu atau lebih faktor, namun faktor yang perlu diperhatikan dibatasi pada faktor yang penting saja seperti kekurangan hara esensial tertentu. Hal yang peling penting dari pengamatan gejala yang ditunjukkan oleh tanaman adalah pengeruh yang ditimbulkan akibat kekurangan unsure hara.
Mengumpulkan sample yang representative
Hal yang sering menimbulkan kesalahan pada analisis tanaman adalah kesalahan pada saat pengembilan sampel tanaman ditambah dengan kesalahan pada saat penyiapan sample dan analisis sampel. Oleh karena dalam pengambilan sampel tanaman perlu memperhatikan variasi dari tanaman dan tanah.
  1. Konsep dan strategi pengambilan sampel
Prinsip dari pengembilan sampel adalah mengumpulkan sampel untuk merepresentasikan dan cukup untuk di analisis di laboratorium. Penilaian dan pengambilan keputusan untuk mengumpulakan sample di lakukan berdasarkan kondisi yang ditunjukkan oleh total populasi tanaman.  pengkopositan perlu dilakukan setelah sampel diambil. Hal ini dilakukan untuk mengurangi variabilitas dari sampel.
  1. Pengambilan contoh bagian tanaman yang tepat
Bagian tanaman yang umum dipilih adalah yang relatif sensitif pada transfer hara. Bagian tanaman yang relevan dapat ditentukan atau dibedakan lebih dahulu dari keselururhan tunas. Ini cara yang paling mudah. Meski demikian yang paling penting adalah kebersihan dan cara identifikasi bagian yang benar. 
  1. Faktor lain yang harus diperhatikan ketika pengambilan sampel
a.       Menghndari sample yang kotor, terkena penyakit, rusak secara mekanik dan akaibat serangan hama serta jaringan yang rusak,
b.      Menghindari sampel yang tumbuh area yang keadaanya tidak biasa seperti tumbuh diarea bebatuan, berdainase rendah,  area yang dipengaruhi oleh garam dan lain sebagainya.
c.       Jangan melakukan pengambilan sampel ketika tanaman berada dalam keadaan stress air maupun suhu.
d.      Menghindari pengambilan sample pada organ vegetaitif setelah pembungaan yang tidak berkayu
e.       Meminimalkan contaminsai terhadap sampel
Penanganan dan Penyiapan Sampel
Penanganan sampel terdiri dari
  1. Pemindahan sampel
Yang paling sulit dilakukan dalam proses analisis tanaman adalah mempertahankan kesegaran sampel dari lokasi pengambilan sample sampai laboratorium. Berkurangnya kesegaran sampel tanaman akan menpengaruhi berat sampel, kandungan hara dan lain sebagainya. Hal yang dapat dilakkan untuk menjaga kesegaaran sample antara lain;
a.       Pengambil sampel harus mencuci tangan sebelum mengambil dan menyentuh sampel.
b.      Sampel harus diletakkan pada kantung yang diberi label dan di tempatkan pada kotak pendingin dengan suhu sekitar 5oC.
c.       Setelah dipindahkan dari lapangan, sample diletakkan di dalam lemari pendingin dengan suhu 5oC.
d.      Sisa tanah yang masih tersisa dibersihkan dengan air bebas ion dan dikeringkan kertas tissue.
e.       Sebelum dikemas, sampel harus bebas dari keadaan lembab.
  1. Pembersihan dari kontaminan
Ketika sapai di laboratorium sample harus kembali dibersihkan. Hal ini untuk menghindari kesalahan yag akan timbul akibat kontaminan seperti sisa tanah yang terpercik ketika hujan dan menempel pada tanaman. Pencucian sampel juga akan ikut mempengaruhi hasil analisis tanaman. jadi diperlukan kehati-hatian ketikan mencuci sampel tanah.
  1. Pengeringan sample
Perngeringan sample terdiri dari dua tahap yaitu pengeringan awal dan pengeringan akhir. Pengeringan awal bertujuan untuk menonaktifkan enzim dan mengurangi berkurangannya berat akibat respirasi, dan perubahan biokimia, serta menghilangkan kadar air ada seluruh jarring tanaman. Sedangkan penngeringan akhir bertujuan untuk benar2 menghilangkan kadar air yang ada pada tanaman akibat pengeruh kelembaban ketikan penyimpanan setelah pengeringan awal. Pengeringan ini dilakukan selama 12 jam pada suhu 60oC.
Penggilingan dan Penyimpanan
Penggilingan dilakukan untuk mengurangi sample yang ada menjadi ukuran yang mudah ditangani. Hal tersebut mempermudah dalam menghomogenkan sample. Untuk meminimalkan kontaminasi, sebaiknya alat yang digunakan dalam penggilingan sampel terbuat dari stenlis steel. Direcomendasikan hasil penggilingan yang akan dianalisis berukuran kurang sari 1 mm dan harus di campur (dihomogenkan) sebelum diambil subsampelnya.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai metode, prosedur, dan alat, seperti absorption, xray fluorescence spectrometry dan lain-lain. Setiap laboratorium memiliki reputasi yang berbeda. Namun setiap laboratorium harus distandarisasi kualitasnya.

Sumber:
Reuter, et. Al, _______. Guidelines for Collecting Hendling and Analysing Plant Material. Australia

Senin, 10 Oktober 2011

PERSIAPAN CONTOH TANAH

Cara Menyiapkan Sampel Tanah untuk Beberapa Analisis Tanah

1.      Analisis Nitrogen, Pospor, dan Kalium (NPK)
Sampel tanah yang digunakan dalam menganalisis kadar Nirogen, Pospor, dan Kalium (NPK) adalah sampel tanah terusik (disturb soil). Tanah di ambil pada kedalam 5-15 cm. Ketika mengambil sampel, sedapat mungkin tanah yang diambil pada setiap kedalaman memiliki jumlah yang sama. Hal tersebut  bertujuan agar tidak terjadi kesalahan data karena apabila setiap kedalaman diambil dalam jumlah yang berbeda, akan menyebabkan sampel tanah hanya mewakili kadar NPK pada kedalaman tertentu saja.
Salah satu cara mudah untuk mendapatkan sample dengan jumlah yang sama untuk setiap kedalaman adalah dengan menggunakan ring sample. Pengambilan sampel tanah dengan ring dilakukan dengan meletakkan ring tegak lurus dengan permukaan tanah, kemudian di pukulkan hingga ring masuk seluruhnya dan sejajar dengan permukaan tanah. Ring di ambil dengan mencingkil tanah di bagian luar ring secara berhati-hati agar tanah yang ada di dalam ring tidak keluar ataupun turun. Kemudian ratakan tanah yang melewati mulut ring hingga sebatas mulut ring tersebut. Masukkan tanah kedalam plastic dengan melepaskan-nya dari ring. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak mugkin agar lebih mewakili luasan yang ingin di ketahui NPKnya.
Tanah yang telah di ambil dari beberapa titik tersebut diletakkan di dalam wadah untuk dihomogenkan. Setelah tanah tersebut homogen maka ambil sebagian dari sample tersebut untuk dijadikan sample. Setelah sample diambil maka tanah disaring hingga memiliki ukuran diameter maksimum 2 mm. Kering angin-kan tanah tanpa terpaan sinar langsung hingga kering atau kadar airnya rendah. Tujuannya adalah agar tidak terjadi terlalu banyak penguapan sehingga mempegaruhi hasil analisis. Kemudian homogenkan lagi tanah tersebut dan ambil sampel tanah tersebut secukupnya untuk di bawa ke laboratorium. Analisis NPK siap dilakukan denga lebih dahulu menghomogenan sample yang akan di analisis.
2.      Bahan Organik
Penyiapan sampel untuk analisis bahan organik (BO) dilakukan dengan cara yang sama dengan penyiapan sample untuk analisis NPK. Sedapat ungkin pengambilan sampel dilakukan sebanyak mungkin. Hal ini agar tanah yang diambil lebih mewakili kadar bahan organik yang ada dilapangan. Setelah pengambilan dilakukan maka sampel tersebut harus dihomogenkan dan diambil sebagian sebagai sampel. Setelah itu dilakukan penyaringan hingga ukuran diameter 2 mm. Pengering angin-an juga harus dilakukan untuk mengurangi kadar air. Hal tersebut dilakukan tanpa sorotan langsung sinar matahari, agar penguapa yang terjadi dapat di tekan sekecil mungkin. Setelah itu dilakukan pencampuran sampel agar lebih homogen. Sampel tersebut diambil secukupnya untuk di analisi di laboratorium.
3.      BV
Sampel tanah yang digunakan untuk analisis BV adalahsampel tanah terusik. Pengambilan contoh tanah untuk meng-analisis BV dilakukan dengan ring sampel. Ring yang digunakan harus memiliki volume yang dapat diketahui. Ring tersebut di letakkan tegak lurus di atas tanah. Ring kemudian dipukul agar masuk kedalam tanah  hingga sebatas mulut ring bagian atas. Cungkil tanah di bagian luar ring untuk mengeluarkan ring dari tanah. Potong tanah yang melebihi mulut ring hingga rata dengan mulut ring. Kemudian tanah tersebut di masukkan kedalam wadah (plastic). Lakukan hal yang sama hingga beberapa kali sebagai ulangan. Kemudia seluruh tanah tersebut di bawa seluruhnya kelaboratorium untuk di keringkan hingga kadar lengasnya 0 %. Kemudian timbang berat bersih tanah terbut. Hasil penimbangan yang telah dilakukan dibagi dengan juah ulangan yang dilakukan dan kemudian dibagi dengan volume ring yang digunakan untuk mengambil sampel.
4.      Stabilitas Agregat
Sample tanah yang digunakan untuk menganalisis stabilitas agragat adalah sample tanah tidak terusik. Pengmbilan sampel tanah untuk menganalisis stabilitas agregat hampir sama dengan pengmbilan sample tanah untuk analisis BV. Namun yang berbeda adalah, tanah yang diambil harus tetap berada di dalam ring untuk menghindari kerusakan ketika mobilisasi sample hingga kelaboratorium. Ring berisis tanah diminimalisasi dari gerakan yang akan merusak sampel tanah terbut. Hal terbut dilakukan dengan cara membungkus sampel secara rapi tanpa celah agar ring berisi tanah tidak bergerak-gerak di dalam plastic pembingkusnya. Pengeluaran sampel dari ring harus dilakukan secara hati-hati agar tik merusak agragat yang secara alami telah terbentuk di alam (lapangan).
5.      Biologi (Respirasi Mikrobia)
Sampel tanah untuk analisis sifat biologi seperti respirasi mikrobia adala sample tanah terusik. Tanah yang umumnya diambil untuk menganalisis sifat biologi seperti respirasi adalah tanah yang berada di sekitar akar. Tanah yang ada di sekitar akar dapat di ambil dengan ring, kor, atau mencabut tanaman kemudia tanah yang yang terjatuh dari akar dan menempel di akar di ambil dan dimasukkan kedalam plastic. Tanah yang sudah dimasukkan kedalam plastic dimasukkan kedalam kotak pendingan atau wadah yang dalamnya bersuhu rendah. Tujuannya untuk menekan aktifitas mikrobia selama perjanan hingga ke laboratorium.

Kamis, 18 Agustus 2011

KUALITAS TANAH


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam usaha pertanian, tanah merupakan media utama untuk melakuakn budidaya. Meskipun telah banyak ditemukan berbagai media tumbuh tanaman, maun semua itu hanya berskala kecil dan belum dapat menggantikan tanah untuk prouksi dalam skala besar. Ooleh Karena itu peranan tanah masih sangat besar dala usaha pertanian.
Kesuburan tanah merupakan hal sering menjadi kajian dalam mempelajari pertanian. Kesuburan tanah di anggap dapat menjamin hasil tanaman selain faktor varietas, pengeloaan tanaman dan hama serta penyakit. Namun untuk menjamin produksi tanaman tidak hanya perlu memperhatikan kesuburan tanah melainkan harusjuga memperhatikan kualitas tanah tersebut. bila usaha menjaga kesuburan tanah hanya  terbatas pada kemampuan tanah mesuplay unsure hara, maka kulitas tanah juga mencakup faktor fisika, kimia dan biologi dengan lebih mendalam serta mempertimbangkan faktor bahan pencemar sebagai kajiannya.
Kualitas tanah meliputi kualitas tanah secara fisika, kimia dan biologi. Ketiga hal tersebut memiliki parameter  masing-masing dan tidak dapat terpisahkan satu sama lain serta saling mempengaruhi. Parameter sifat fisik yang menentukan kualitas tanah antara lain, tekstur, struktur, stabilitas agregat, kemampuan tanah menahan dan meloloskan lain serta ketahanan tanah terhadap erosi dan lain sebagainya. Lalu parameter kimia yang mempengaruhi kualitas taah adalah, ketersediaan unsure hara, KTK, KTA, pH, ada tidaknya zat pencemar, dan lain sebagainya. Sedangkan parameter biologi yang menentukan kualitas tanah anatara lain jumlah dan jenis mikrobia yang ada dan beraktivitas di dalam tanah.
Setiap parameter memiliki peranan tersendiri dalam menentukan kualitas tanah. Dalam pertanian kualitas tanah tentunya berhubungan dengan pertumbuhan dan produksi tanaman. Setiap parameter dapat berpengaruh pada ketersediaan unsure hara, ketersediaan air, keleluasaan akar untuk tumbuh, dan reaksi serta interaksi antara tanaman dengan faktor biotic dan abiotik dalam ekosistem.
Oleh karena itu dalam mengetahui serta mengkelaskan kualitas tanah, maka parameter fisik kimia dan biologi tanah harus diuji lebih dahulu. dengan menguji kualitas dari setiap parameter tersebut, maka kualitas tanah dapat diketahui secara menyeluruh. Hal ini karena untuk menentukan tingkat kualitas tanah, parameter fisik, kimia dan biologi tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

B.     Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adlah untuk mengetahui kualitas tanah di dua lokasi yang berbeda serta membandingkat kualitas tanah di kedua lokasi tersebut.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Kelas Tekstur Tanah
Tekstur Tanah
Persentasi Fraksi Tanah
Lempung berat
Lempung > 60%, Debu ≤ 40%
Lempungan
Lempung ≥ 50%, Debu ≤ 50%
Lempung pasiran
Pasir 20%, Lempung ≥ 40%, Debu ≥ 40%
Lempung debuan
Lempung ≥ 40%, Debu ≤ 60%
Geluh lempung pasiran
Lempung ≥ 20%, Pasir ≤ 80%
Geluh lempungan
Lempung ≤ 40%, Debu ≥ 60%
Geluh lempung debu
Lempung ≤ 40%, Debu ≥ 60%
Geluh pasiran
Lempung ≤ 20%, Pasir ≥ 80%
Geluhan
Pasir ≤ 40%, Lempung ≥ 20%, Debu ≥ 60%
Geluh debuan
Pasir ≥ 20%, Debu ≥ 60%, Lempung ≥ 20%
Pasir geluh
Pasir ≤ 80%, Lempung ≤ 20%
Debuan
Pasir ≤ 20%, Debu ≥ 80%
Pasiran
Pasir ≥ 80%, Lempung ≤ 20%
Sumber : Anonim. 2006. Modul Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan antar partikel tanah primer (bahan minerak seperti pasir, debu, lempung) dan bahan organik serta oksida membentuk agregat tanah. Agregat tanah meliputi bahan padatan dan pori tanah. Dalam menentukan struktur tanah harus terlebih dahulu ditetapkan:

Kerapatan Butir Tanah (BJ)
Berat jenis tanah ditentukan oleh kadar bahan organik, apabila bahan organik tinggi maka nilai berat jenis tanah semakin rendah. Penentuan berat jenis dilakukan secara kuantitatif menggunakan Picno Meter.

 Kimia Tanah
a. pH Colorimetris Tanah
pH colorimetris adalah metode dalam pengukuran nilai pH dengan menggunakan larutan indikator dan kertas pH. pH tanah itu sendiri adalah konsentrasi ion H yang ada dalam tanah dan terkandung pada larutan tanah maupun di bagian kompleks tanah.
1) pH H2O
merupakan kemasan aktual atau aktif, yaitu konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah.
2) pH KCl
Merupakan kemasaman potensial atau kemasaman tertukarkan, yaitu konsentrasi ion H+ yang diadsorbsi koloid tanah.
Kondisi tanah
pH (H2O)
Kondisi tanah
pH (H2O)
Luar biasa masam
<>
Netral
6,6 – 7,3
Masam sangat kuat
4,5 – 5,0
Agak basis
7,4 – 7,8
Masam kuat
5,1 – 5,5
Basis sedang
7,9 – 8,4
Masam sedang
5,6 – 6,0
Basis kuat
8,5 – 9,0
Agak masam
6,1 – 6,5
Basis sangat kuat
79,0
Sumber: Anonim. 2006. Modul Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Kadar Bahan Organik Tanah (BO)
Bahan organik adalah bahan mineral tanah yang berasal dari sisa/jasad-jasad makhluk hidup. Bahan organik berfungsi untuk merekatkan partikel-partikel tanah, sehingga membentuk agregat tanah sifat ini disebut dengan istilah Cementing Agent. Pengaruh bahan organik pada tanah antara lain:
· Memperbaiki sifat fisika tanah seperti; menghindarkan erosi, memperbaiki struktur tanah, kemampuan tanah menyerap air (pasir), dan memperbaiki aerase dan drainase tanah.
· Memperbaiki sifat kimia tanah, seperti; KPK (Kapasitas Pertukaran Kation) dan menambah unsur hara tanah dari dekomposisi bahan organik.
· Sifat Biologi, seperti; Meningkatkan aktivitas mikroorganisme karena bahan organik menjadi sumber energinya.
Tabel 13. Harkat angka bahan organik tanah;
Sifat Kimia Tanah
Harkat (%)
Bahan organik tanah
0 - 50
Kerapatan Massa Tanah (BV)
Berat volume tanah adalah perbandingan antara berat bongkah tanah dan volume bongkah tanah dan dinyatakan dalam gr/cm3. Pengukuran berat volume diperlukan sebagai petunjuk untuk mengetahui kepadatan tanah porositas tanah. Nilai berat volume dipengaruhi oleh tekstur tanah (semakin halus tekstur tanah, nilai BV semakin besar), kedalaman / jeluk tanah, kadar bahan organik, berat jenis, mineral penyusun tanah dan tipe strukturnya.
Porositas Tanah
Porositas tanah adalah persentasi pori yang terkandung di dalam tanah. Porositas berpengaruh terhadap gerakan lengas / air di dalam tanah, temperatur, sirkulasi udara, ketersediaan unsur hara, ruang perakaran dan pengolahan tanah.
Volume pori terdiri atas 3, yaitu:
1. Pori besar (makro) : didominasi oleh pori untuk sirkulasi udara, ukurannya > 10µm
2.    Pori sedang : rerata diameternya 0,2 - 10µm
3.    Pori kecil (mikro) : rerata diameter <>




BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
Praktikuk ini dilaksanakan pada tanggal 2 Juni untuk bengambilan contoh tanah di bagian Utara Kampus lama Fakultas Pertanian Universitas Mataram dan Lahan percobaan kampus baru Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Lalu pada tanggal 6 s/d 16 Juni 2011 untuk analisis sifat kimia, biologi dan fisika di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

B.     Pelaksanaan Praktikum
  1. Sifat Fisika Tanah
1.1.    Pengukuran Tekstur
a.       Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah yang telah diayak menggunakan ayakan 0,05, NaOH, dan aquades.
Alat yang digunakan yaitu tabung sedimentasi dan rak tabung.

Langkah Kerja
Langakah kerja pada praktikum ini yaitu:
1.      Disiapkan 3 tabung sedimentasi pada rak tabung
2.      Dimasukkan sampel tanah hingga garis 15
3.      Ditambahkan 1 mL NaOH
4.      Ditambahkan aquades hingga garis 45
5.      Ditutup mengunakan plastik bening
6.      Dikocok selama 2 menit
7.      Ditunggu selama 30 detik
8.      Dipisahkan endapan pasir dengan larutan, dengan cara dipindahkan larutan tersebut ke tabung sedimentasi lainnya
9.      Ditunggu 30 menit,
10.  Dipisahkan endapan debu dari larutan, dengan cara dipindahkan larutan tersebut ke tabung sedimentasi lainnya
11.  Ditunggu hingga liat telah mengendap
12.  Dicatat tinggi endapan pada tiap-tiap tabung sedimentasi
13.  Diulang semua langkah kerja di atas untuk semua sampel tanah lainnya

1.2.   Pengukuran Kadar Lengas
a.       Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah yang telah diayak menggunakan ayakan 0,05, NaOH, dan aquades.
Alat yang digunakan yaitu tabung sedimentasi dan rak tabung.

b.      Langkah Kerja
Langakah kerja pada praktikum ini yaitu:
1.      Ditimbang cawan kosong (a)
2.      Dimasukkan sebongkah sampel tanah, kemudian ditimbang (b).
3.      Dimasukkan kedalam oven selama 24 jam.
4.      Dikeluarkan dari oven dan didinginkan.
5.      Ditimbang cawan berisi tanah setelah dioven (c)
Berikut perhitungan untuk mendapatkan kadar lengas (KL):

1.3.    Pengujuran BJ
a.    Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah yang telah diayak menggunakan ayakan 0,05, dan aquades.
Alat yang digunakan yaitu 12 buah piknometer, timbangan analitik, dan termometer.

b.      Langkah Kerja
Langakah kerja pada praktikum ini yaitu:
1.      Disiapkan 12 buah piknometer yang telah diberi label (sampel, ulangan)
2.      Ditimbang piknometer kosong (a)
3.      Dimasukkan aquades hingga hampa udara, kemudian ditimbang (b)
4.      Diukur suhu aquades pada setiap piknometer, kemudian dikonversikan (BJ1)
5.      Dibuang aquades tersebut hingga bersih
6.      Ditambahkan 5 g sampel tanah, kemudian ditimbang (c)
7.      Ditambahkan aquades hingga setengahnya, kemudian dikocok
8.      Dibersihkan mulut piknometer menggunakan aquades hingga piknometer terisi penuh aquades (hampa udara)
9.      Didiamkan selama 2 jam (sebaiknya 1 hari)
10.  Diukur suhu aquades, kemudian dikonversikan (BJ2)

Perhitungan Bj dapat dilakukan denga persamaan berikut,

                                                                                                                       




1.4.   Pengukuran BV
Untuk mengetahui nilai BV maka diperlukan data mengenai:
1.      Berat bongkahan tanah (a)
2.      Berat bongkah tanah setelah dicelupkan ke lilin(b)
3.      Berat kenaikan air setelah dimasukkan bongkahan tanah (x)
4.      Kadar lengas tanah (KL)
Perhitungan BV dapat dilakukan dengan persamaan sebagai berikut,



Kemudian porositas dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut,


2.      Sifat Kimia Tanah
2.1.   Pengukuran Nitrogen Total
a.       Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah yang telah diayak menggunkan ayakan 0,05, katalisator (K2SO4 + CuSO4), asam sulfat (H2SO4), asam borat (H3BO3) 1N, NaOH 40%, batu didih, minyak paravin, indikator metil red (merah), penitrasi (H2SO4 0,05N), dan aquades.
Alat yang digunakan yaitu 13 buah labu destruksi, pemanas (alat destruksi), pipet 10 mL, 13 buah gelas piala 100 mL, 1 paket alat destilasi, 13 buah labu destilasi, dan alat titrasi.

b.      Langkah Kerja
-          Destruksi
a.       Disediakan 13 buah labu destruksi
b.      Dimasukkan 0,5 g sampel tanah
c.       Ditambahkan 1 g katalisator (K2SO4 + CuSO4)
d.      Ditambahkan 6 mL asam sulfat (H2SO4)
e.       Dilakukan pendestruksian menggunakan pemanas (alat destruksi) selama ± 4 jam (sebaiknya1 hari).
f.       Didinginkan hingga benar-benar dingin.
g.      Ditambahkan 50 mL aquades
h.      Dikocok hingga tercampur, dan didiamkan hingga mengendap.
-          Destilasi
a.       Disiapkan 13 labu destilasi
b.      Dimasukkan 4 butir batu didih
c.       Ditambahkan cairan (poin 1h) , endapan tanah tidak boleh ikut dimasukkan
d.      Ditambahkan 2 tetes minyak paravin
e.       Diletakkan labu destilasi pada alat destilasi
f.       Disediakan 13 gelas piala
g.      Dimasukkan 20 mL asam borat (H3BO3) 1N
h.      Tibambahkan 2 tetes metil red
i.        Diletakkan pada alat destilasi
j.        Ditambahkan 20 mL NaOH 40% ke labu destilasi (poin 2a)
k.      Dinyalakan alat destilasi (air tetap mengalir)
l.        Dihentikan proses destilasi setelah larutan pada gelas piala (poin 2j) mencapai 60 mL.
**catatan: penangkap N (asam borat) tidak boleh berinteraksi dengan udara dalam waktu yang lama.
-   Titrasi
a.               Dipastikan saluran pada alat titrasi tidak terdapat ruang udara (diketahui dengan cara mengeluarkan cairan penitrasi  dengan memutar tuas ke depan, hingga tak ada lagi ruang udara).
b.    Diputar tuas hingga mentok (tak dapat diputar lagi) ke belakang.
c.               Dilakukan titrasi menggunakan H2SO4 0,05N secara perlahan hingga warna berubah menjadi merah muda bening (sesuai blanko).
Setelah dilakukan titrasi maka hasil yang didapatkan diformulasikan dalam persamaan sebagai berikut

2.2.  Pengukuran C- organik
a.       Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah yang telah diayak, H2SO4 Pekat, K2Cr2O7 2N, dan aquades.
Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, labu ukur 100 mL, penangas air, spektofotometer.
b.  Langkah Kerja
Langakah kerja pada praktikum ini yaitu:
1.      Ditimbang 0,5 g tanah
2.      Dimasukkan ke labu ukur 100 mL
3.      Ditambahkan 7,5 mL H2SO4 Pekat dan 5 mL K2Cr2O7 2N
4.      Didiamkan hingga dingin
5.      Dipanaskan menggunakan penangas air selama 1, 5 jam, dan digoyang-goyangkan tiap 30 menit.
6.      Diencerkan dengan cara ditambahkan aquades hingga setengahnya, digoyang-goyangkan, dan dibiarkan selama 5 menit, kemudian ditambahkan lagi aquades hingga garis 100 mL.
7.      Diamkan selama sehari hingga bening
8.      Diukur nilai absorben larutan menggunakan spektofotometer.



3.      Sifat Biologi Tanah
3.1.   Perhitungan Respirasi Mikrobia
a.   Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah yang telah diayak menggunakan ayakan 0,05, NaOH, KOH 0,2 N, indicator fenolftalein, HCl 0,1 N, dan aquades.
Alat yang digunakan yaitu botol respirator, labu Erlenmeyer, pipet, alat titrasi (buret).

b.      Langkah Kerja
Langakah kerja pada praktikum ini yaitu:
1.      Disediakan botor respirator
2.      Ditimbang masing-masing tanah sebanyak 100 g
3.      Dimasukkan tanah tersebut kedalam botol respirator
4.      Dirangkai alat respirator.
5.      Disiapkan bahan KOH 0,2 N dalam erlemnyer, kemudian dimasukkan selang kedalam erlemeyer. (selang harus masuk ke dalam larutan)
6.      Didiamkan selama 24 jam
7.      Ditambahkan indicator fenolftalein sebanyak 2 tetes
8.      Kemudian dititrasi menggunakan HCl 0,1 N
9.      Diukur dan dicacat berapa banyak HCl 0,1 N yang digunakan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam menilai atau membandingkan kualitas tanah, maka setiap parameter sifat kimia, biologi, dan fisika tanah harus diketahui. Semua sifat tersebut akan menentukan apakah tanah tersebut merupakan media tumbuh yang baik. tanah yang berkualitas baik adalah tanah yang mampu menyediakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, mampu menyediakan air, serta bebas dari unsure pencemar yang dapat menghambat pertumbuhan serta produksi tanaman budidaya serta memberi ruang yang leluasa bagi akar tanaman untuk berkembang.
Sifat tanah baik itu sifat kimia, biologi dan fisika tidak dapat terpisahkan satu sama lain untuk menilai kualitas tanah di suatu tempat. Oleh karena itu dalam praktikum ini dilakukan analisis dan perbandingan sifat-sifat tanah dari dua tepat yang berbeda. Untuk sifat fisika analisis yang dilakukan adalah tekstur tanah, kadar lengas, BJ, BV, dan porositas. Lalu sifat kimia yang dianlisis adalah kadar Nitrogen Total, dan Kadar Bahan Organik. Dan yang terkahir untuk parameter sifat biologinya adalah respirasi mikrobia tanah.
Berikut akan disajikan hasi praktikum serta pembahan tentang kaitan antara semua parameter yang diujikan di atas dengan kualitas tanah.
A.    Sifat Fisika Tanah
1.      Kadar Lengas
Adapun hasil dari pengukuran kadar lengas dapat dilihat pada table berikut.
Sampel
Lapisan tanah
Ulangan
Parameter yang diukur
a (g)
b (g)
c (g)
KL (%)
Rata-rata (%)
A (kampus lama)
Top Soil
1
16.79
25.31
23.68
23.66
15.10
2
16.79
22.46
21.89
11.18
3
14.00
20.22
19.63
10.48
Sub Soil
1
15.33
20.55
19.67
20.28
13.05
2
17.11
24.66
24.00
9.58
3
16.79
24.07
23.45
9.31
B (kampus baru)
Top Soil
1
16.94
22.62
22.10
10.08
6.66
2
14.54
21.15
20.70
7.31
3
17.03
23.36
23.20
2.59
Sub Soil
1
16.80
22.60
22.15
8.41
5.30
2
16.28
24.89
24.60
3.49
3
15.35
24.47
24.12
3.99

Kadar lengas menunjukkan kadar air yang ada didalam tanah. air memiliki berbagai fungsi bagi tanaman. Fungsi tersebut antara lain, sebagai pembangun sel tanaman, sebagai pelarut unsure hara, dan sebagai unsure hara. Air diserap oleh tanah melalui akar. Dengan kata lain air yang dapat dimanfaatkan oleh tanamna adalah air yang ada di dalam tanah. Oleh karena itu kandungan air dalam tanah (kadar lengas) memiliki peranan yang sangat penting.
Tanah yang berkualitas baik yaitu tanah yang memiliki kadar lengas yang cukup tinggi namun tidak terlalu tinggi. Ketika kadar lengas tanah terlalu rendah maka air yang dapat diserap tanaman juga akan sedikit. Namun jika kadar lengas terlalu tinggi, maka pori tanah akan jenuh dengan udara sehingga menyebabkan aerasi menjadi terganggu.
 Dari hasil yang ada diatas, tidak ada perbedaan yang mencolok antara tanah yang diambil ditempat dan kedalaman yang berbeda. Idealnya  tanah terdiri dari 25% air. Dan berdasarkan data di atas tanah diatas memiliki kadar lengas yang cukup baik. Namun dalam praktikum ini hasil yang diberikan tmenunjukkan deviasi yang cukup besar. Hal ini karena kurang homogennya contoh tanah  diamati kadar lengasnya.
2.    BJ, BV dan Pororsitas
Adapun hasil yang didapatkan dari pengukuran BJ, BV dan Porositas dalam praktikum ini  dapat dilihat pada table berikut.
Sampel
Lapisan tanah
Ulangan
BJ
BV
Porositas (%)
Rata-rata porositas
A (kampus lama)
Top Soil
1
1.75
0.99
43.58
36.57
2
1.89
1.23
35.03
3
1.95
1.34
31.10
Sub Soil
1
1.84
1.79
2.78
16.49
2
2.02
1.48
26.71
3
2.08
1.66
19.99
B (kampus baru)
Top Soil
1
1.67
1.38
17.25
30.72
2
2.04
1.33
34.79
3
2.35
1.41
40.10
Sub Soil
1
2.46
2.14
12.94
28.21
2
2.55
1.73
32.15
3
2.54
1.53
39.55
Tabel Hasil Perhitungan BJ, BV, dan Porositas Tanah

Porositas tanah berpengaruh pada daya simpan air tanah dan kemampuan tanah dalam mempertukarkan udara. Hal-hal  tersebut sangat penting, karena tanaman sangat membutuhkan udara dan air. Porositas juga memberikan ruang bagi akar tanaman untuk tumbuh dan mencari unsure kara dengan lebih leluasa. Tanah yang kualitasnya baik memiliki porositas yang tidak terlalu sedikit dan tidak juga terlalu besar. Porosotas yang kecil akan menyebabkan aerasi tanah tergamnngu dan mengganggu pertumbuhan akar. Sedangkan porositas yang terlalu besar akan menyebabkan tanah sulit mengikat air sehingga tanaman akan kekurangan air. Dalam praktikum ini dapat dilihat bahwa tanah yang diambil di tempat yang berbeda serta kedalaman yang berbeda menunjukkan hasil pororsitas yang berbeda. tanah yang belum pernah diolah seperti yang di ambil pada lokasi 1 memiliki porositas yang berbeda mencolok topsoil dan subsoilnya. Porositas tanah topsoil lebih tinggi dari pada porositas subsoil. Hal ini menunjukkan bahwa tanah pada subsoil lebih padat dibandingkan dengan tanah pada top soil.  antarahal ini karena secara alami tanah pada subsoil mengalami tekanan dari atas oleh tanah yang ada pada bagian topsoil. Akibat dari tekanan tersebut menyebabkan pori tanah mengecil karena tanah akan semakin padat.
Sedangkan tanah yang diambil dilokasi kedua menunjukkan porositas yang tidak mencolok perbedaannya. Hal ini kemungkinan karena tanah ditempat tersebut sudah sering diolah sehingga yang terlihat bukan laghi kondisi alami dari tanah tersebut. selain itu pengolahan tanah membaurkan sifat fisik tanah seperti  porositas pada stetiap lapisan tanah.
3.      Tekstur
Adapun tekstur pada kedua lokasi dengan kedalam yang berbeda adalah sebagai berikut.
sample
ulangan
% pasir
% debu
% liat
kelas tekstur
top 1
a
66.7
33.3
0.0
 Sandy Loam

b
66.7
33.3
0.0
 Sandy Loam

c
66.7
33.3
0.0
 Sandy Loam
top 2
a
53.3
46.7
0.0
 Sandy Loam

b
53.3
46.7
0.0
 Sandy Loam

c
53.3
46.7
0.0
 Sandy Loam
sub 1
a
66.7
30.0
3.3
 Sandy Loam

b
66.7
30.0
3.3
 Sandy Loam

c
66.7
30.0
3.3
 Sandy Loam
sub 2
a
60.0
20.0
20.0
 Sandy Loam

b
60.0
20.0
20.0
 Sandy Loam

c
60.0
20.0
20.0
 Sandy Loam
Tektur juga menentukan porositas tanah. tanah yang didominasi fraksi pasir cendrung lebih porus datau memiliki porositas yang besar. Tanah dengan tekstur seperti ini akan sulit menahan air. Karena jumlah pori mikro yang berfungsi menahan air sangat sedikit.namun jika tanah yang didominasi oleh liat akan memiliki jumlah pori mikro yang bersar dan jumlah pori makro yang sedikit. Hal ini akan menghambat aerasi tanah sehingga tidak terjadi pertukaran udara yang akan menghambat respirasi akar dan mirobia tanah.
Tanah yang dianalisis ini seluruhnya memiliki tekstur Snady Loam. Tektur ini cukup naik karena tekstur yang masuk kedalam kalas loam memiliki jumlah pori makro dan mikro yang cendrung seimbang. Hal ni sangat bagus bagi ketersediaan air bagi tanaman dan aerasi bagi kelangsungan aktivitas mikrobia dan respires akar.


B.    Sifat Kimia Tanah
1.      N Total
Hasil pegukuran N total yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
sample
lokasi
ulangan
A
B
N total
top soil
1
a
1.2
0.04
2.01


b





c
1.36
0.04
2.04

2
a
1.98
0.04
3.32


b
2.21
0.04
3.63


c
2.3
0.04
3.24
subsoil
1
a
0.44
0.04
0.67


b
0.38
0.04
0.52


c
0.47
0.04
0.66

2
a
0.45
0.04
0.70


b





c



Unsure Nitogen adalah unsure yang termasuk dalam golongan unsure hara makro primer esensial. Unsure nitrogen merupakan unsure yang tidak terkandung dalam batuan mineral manapun. Satu-satunya sumber alami Nitrogen adalah udara. Nitrogen masuk kedalam tanah melalui reaksi-reaksi tertentu yang masuk kedalam siklus Nitrogren.
Nitrogen adalah unsure hara yang sifatnya sangat mobil. Hal ini karena nitrogen mudah larut dan menguap. Oleh karena itu kadar nitrogen total digunakan sebagai standar dalam mengukur jumlah nitrogen dalam tanah.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam praktikum ini, Nitrogen total cendrung lebih banyak terdapa dilapisan atas tanah. Hal ini karena, salah satu cara Nitrogen diambil dari udara ketanah adalah dengan bantuan mikrobia. Mikrobia cendrung lebih banyak ada dan melakukan aktifitasnya disekitar akar. Hal ini yang menyebab kadar Nitrogen total yang ada ditanah bagian atas lebih banyak. Tanah pada lokasi kedua memiliki kadar Nitrogen total lebih banyak dibadingkan dengan tanah yang ada dilokasi pertama. Hal kemungkinan karena lahan ini sudah sering dilakukan pemupukan dan pemberian baha organik. Mengingat bahwa lokasi kedua merupakan lahan percobaan sedangakan lokasi pertama adalah lahan yang hamper tidak pernah pengalami perlakuan apapun.
2.      Bahan Organik
Adapun hasil pengujian bahan organik dalam praktikum ini menunjukkan hasil sebagai berikut.
sample
ulangan
C ORGANIK
ppm
FK=(100+%KL)/100
c% = 0,02*ppm C*FK
top 1
a
0.26
147.01
1.24
3.63
b
0.27
148.62
1.11
3.30
c
0.27
151.32
1.10
3.34
top 2
a
0.13
75.83
1.22
1.85
b
0.13
77.45
1.20
1.85
c
0.13
77.45
1.02
1.58
sub 1
a
0.05
30.54
1.20
0.73
b
0.05
29.46
1.10
0.65
c
0.04
27.30
1.09
0.60
sub 2
a
0.03
18.68
1.22
0.46
b
0.02
16.52
1.03
0.34
c
0.03
19.75
1.04
0.41
Bahan organik memiliki peranan yang sangat besar bagi kesuburan tanah dan kualitas tanah. bahan organik memiliki peranan pada sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. oleh kerena itu bahan organik masuk kedalam parameter yang menentukan kualitas tanah.
Bahan organik biasanya terdapat pada topsoil. Hal ini karena penambanhan bahan organik dari sisa-sisa makhluk hidup memumpuk diatas permukaan tanah. bahan organik pada lokasi pertama menujukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi kedua. Hal ini kerana tanah dilokasi pertama tidak pernah digunakan untuk bercocok tanam dengan kondisi sekitar yang cukup baik unutk menumpuk bahan organk dari sisa makhluk hidup. Selain itu tanah silokasi kedua sudah sering digunakan untuk bercocok tanam sehingga bahan organik ditempat tersebut telah berkurang dari kondisi aslinya. Meskipun dilakukan penembahan bahan organik, kondoso lahan yang tidak teertutupi oleh tanaman yang cukup besar menyebabkan bahan organk cepat teroksidasi.
C.    Sifat Biologi
Parameter sifat bioogi yang diujikan dalam praktikum ini hanya terdiri dari respirasi mikrobia. Respirasi mikrobia menunjukkan tingkat aktivitas mikrobia. Semaikin tinggi respirasi mikrobia maka dapat disimpulkan bahwa semakin aktif mikrobia itu melakukan aktivitasnya. Dalam praktikum kali ini hasil yang didapat dari pengujian respirasi mikrobia adalah sebagai berikut.
sample
lokasi
ulangan
blanko
sample
N
respirasi
respirasi/jam
top soil
1
a
14.500
6.100
0.100
0.840
0.018


b
15.200
5.800
0.100
0.940
0.020

2
a
9.100
5.100
0.100
0.400
0.009


b
9.100
8.500
0.100
0.060
0.001
subsoil
1
a
15.200
6.300
0.100
0.890
0.019


b
15.200
14.600
0.100
0.060
0.001

2
a
14.300
8.600
0.100
0.570
0.012


b
14.300
11.600
0.100
0.270
0.006
CO2 1

a
14.500
14.100
0.100
0.040
0.001


b
9.100
8.500
0.100
0.060
0.001
CO2 2

a
14.300
5.100
0.100
0.920
0.020


b
14.500
12.500
0.100
0.200
0.004
Respirasi mikrobia akan menunjukkan aktivitas mikrobia didalam tanah. Aktivitas mikronia akan meningkatkan kualitas tanah karena beberapa mikrobia dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui reaksi biokimia yang terjadi dalam tubuhnya. Selain itu bebrapa mikrobia membantu mangkap unsure hara dan melarutkan unsure hara yang sulit tersedia bagi tanaman. Namun respirasi mikrobia akan meningkatkan kadar CO2 yang akan tereppas keudara sehingga menambah gas rumah kaca di atmosfer. Selain itu aktivitas mikrobia sangat ditentukan oleh kadar bahan organik tanah. hal ini karena bahan organik merupakan sumber materi bagi mikrobia.
Secara umum tanah dari kedua tempat pengambilan sampel tergolong memiliki kualitas yang baik. dimana sifat fisika, kimia, dan biologi tanah menunjukkan angka yang tidak terlalu tinggimaupun terlalu rendah. Tanah sebagai badan alam selalu berusaha menyeimbangkan kondisinya sendir. Jadi kondisi yag berimbang dari sifat fisika, kimia dan biologi menunjukkan kualitas yang baik dari tanah.
Secara umum tanah dari lokasi pertama memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan tanah dari lokasi kedua. Kecuali porositas, tanah dari lokasi pertama menunjukkan hasil analisis sifat fisika, kimia, biologi tanah yang lebih baik. Namun tanah dari lokasi pertama memiliki porositas yang kurang ideal pada lapisan subsoil. Hasil pengukuran porositas menunjukkan bahwa rata-rata parositas subsoil pada lokasi pertama  adalah 16,49 %.  Hal ini masih berada dibawah garis ideal. Karena tanah secara idela harus memiliki 25-50 % pori tanah dari keseluruhan bagian tanah.
  
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1.      Secara umum tanah pada lokasi pertama dan kedua memiliki kualitas yang baik
2.      Tanah pada lokasi pertama memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan tanah pada lokasi kedua.
3.      Faktor ang membatasi kualitas tanah pada lokasi pertama adalah porositas tanah pada lapisan sub soil.

B.    Saran
Pemberian bahan organik, pengelolaan tanah, air, dan tanaman akan memperbaiki serta meningkatkan kualitas tanah disuatu tempat. Dalam melakukan suatu analisis sebaiknya dilakukan denga teliti dan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan dalam analisis dan data yang dihasilkan.
  

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006.Modul Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Anonim, 2009.Modul kuliah pengantar Dasar Ilmu Tanah.